Headlines News :
Home » » Grebeg Suro di Wonogiri Diperingati Meriah

Grebeg Suro di Wonogiri Diperingati Meriah

Written By Tribunekompas.com on Senin, 28 November 2011 | 9:46:00 AM


WONOGIRI, (Tribunekompas)
By: Wiwik Budipriyanto.


- Pukul 19.00 WIB malam Sura, Sabtu (26/11) Pantai Sembukan di Desa/Kecamatan Paranggupito dipadati pengunjung. Semakin malam, warga yang berdatangan bertambah.
Tujuan mereka tidak hanya menanti ritual budaya tahunan larung ageng terlaksana, tapi
beberapa banyak yang datang untuk menepi di sekitar pantai.

Pukul 20.00 WIB, kirab kepala sapi jantan pun dimulai. Barisan warga berbalut busana kejawen dan busana prajurit lengkap dengan iringan para putri berjalan turun menuju tempat pagelaran wayang. Setelah berbagai sambutan, Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Pranoto menyerahkan wayang kepada dalang Ki Sudomo dari Kecamatan Wuryantoro. Pagelaran wayang “Semar Bangun Kayangan” pun dimulai.

Sementara kepala sapi yang masih dibungkus kain putih dan sajen hasil bumi diletakkan
di atas meja yang sudah disiapkan. Tepat pukul 24.00 WIB pagelaran wayang bergaya
klasik itu pun dihentikan. Kepala kerbau dan sajen hasil bumi kembali diarak menuju ke laut. Setelah menuruni puluhan anak tangga, iring-iringan mencapai bibir pantai.

Setelah didoakan, sajen hasil bumi pun menjadi rebutan warga yang percaya bisa mendatangkan berkah. Kepala sapi dibawa oleh dua orang agak menuju tengah. Kepala sapi dilempar, dan dalam sekejap ombak seakan menggulung kepala sapi hingga tak nampak lagi.

Tak seperti tahun lalu, tahun ini larung ageng yang digelar masyarakat Paranggupito
dilakukan malam hari sekaligus dihadiri sejumlah pejabat dinas. Tahun lalu, larung
ageng tanpa kepala sapi digelar oleh Pemkab, sementara ritual berbau mistis dilakukan
warga pada malam hari sehari sebelumnya. Pranoto mengatakan budaya yang tumbuh
dari masyarakat perlu dijaga keberadaannya. Dalam hal ini pihak Pemkab tidak bisa
lepas begitu saja terhadap budaya-budaya yang tumbuh di masyarakat.

Ritual budaya juga dilakukan di Desa Dlepih, Kecamatan Tirtomoyo pada hari yang sama. Sebelum ritual Sedekah Bumi dilakukan, digelar pertunjukkan wayang “Bimo Pupuk” oleh Ki Dalang Warto Esen dari Karangtengah dan ki Salim Broto Carito dari Desa Sukoharjo, Tirtomoyo.

Kepala Desa Dlepih Sutarmo mengatakan kegiatan suro dimulai pukul 09.00 WIB, Sabtu (26/11) dan berakhir dengan ruwatan pada pukul 04.00 WIB Minggu dini hari (27/11). “Juga diawali wayang dan pukul 24.00 WIB wayang berhenti sebentar untuk melarung sesajen berupa tumpeng, ayam panggang, dan hasil bumi.

Sebagai bentuk rasa syukur warga selama satu tahun berjalan. Selain itu dari pagi ada acara lomba. Ada festival makanan tradisional dan hiburan lainnya,” katanya. Sementara itu Bupati Danar Rahmanto mengatakan anggaran stimulus untuk kegiatan budaya-budaya tadi diberikan langsung pada desa, sehingga desa dituntut untuk bisa mengembangkan.

“Kita tidak akan flashback (melihat ke belakang), Yang jelas saya suka dengan budaya. Budaya yang bisa berikan pendidikan pada masyarakat. Jangan sampai memaknai konsep budaya keliru,” jelasnya.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

.

.

BERITA POPULAR

 
Copyright © 2015. TRIBUNEKOMPAS.COM - All Rights Reserved
Published by Tribunekompas.com