JAKARTA, (TRIBUNEKOMPAS) By: Tommy.
- Keluarga korban penembakan oleh anggota Brigade Mobil di Kampung Nomowadide, Distrik Bogobaida, Kabupaten Paniai, Papua, Selasa 15 Mei 2012 lalu, menuntut kepolisian membayar tujuh miliar sebagai "uang ganti kepala" atas tewasnya Malianus Kegepe.
"Kami juga minta kepolisian menarik seluruh pasukannya dari Paniai dan pengusaha tambang juga harus keluar dari lokasi sepanjang Sungai Degeuwo,” kata Jowel Ematapa, keluarga korban tewas, Selasa 22 Mei 2012.
Menurut Jowel, uang bayar kepala itu sesuai dengan adat suku setempat. Dahulu, kematian seseorang karena dibunuh biasa dibayar dengan kepala keluarga pembunuh. “Tapi kami hanya minta bayar dengan uang, itu berdasar kesepakatan seluruh keluarga korban,” ujarnya.
Jowel mendesak Kepala Kepolisian Daerah Papua, dan Kepala Kepolisian Resort Paniai, Ajun Komisaris Besar Polisi Antonius Diance, memproses pelaku sesuai dengan hukum berlaku. “Pelaku harus dipecat dan diberi hukuman atas perbuatannya. Kami juga meminta pemerintah menutup lokasi penambangan karena semua masalah ini berasal dari adanya tambang Degeuwo,” ucapnya.
Sedikitnya terdapat tujuh wilayah besar penambangan emas di Degeuwo, Distrik Bogobaida. Di antaranya lokasi 81-45, jumlah penambang di sana mencapai kurang lebih 1.500 orang. Di areal 90, 100 warga beroperasi. Di Bayabiru terdapat 1.600 orang, Sayaga 1.300 lebih, Telagabiru 900 penambang, dan lokasi Damai Satu 100 lebih penambang.
Terhadap tuntutan keluarga, kepolisian belum memberikan tanggapan. Kepala Kepolisian Resort Paniai, Ajun Komisaris Besar Polisi Antonius Diance, sebelumnya mengatakan anggotanya hanya melindungi diri saat diserang korban. “Anggota saya diserang, ada upaya merebut senjata,” ujarnya.
Insiden penembakan di Paniai menewaskan Malianus Kegepe yang tertembak di bagian dada. Tiga terluka, di antaranya Lukas Kegepe tertembak bagian perut, Amos Kegepe luka tembak bagian kaki, dan Alpius Kegepe tertembak di lengan kanan.
Peristiwa itu bermula dari keributan di rumah biliar milik Yona di Nomowadide. Yona kemudian melaporkan kejadian itu ke Pos Brimob terdekat. Tidak berapa lama, sekitar tiga anggota Brimob datang dengan senjata lengkap dan meminta pelaku korban tenang.
Peringatan itu tak digubris. Tiba-tiba seorang di antaranya menyerang anggota Brimob menggunakan stik billiar. Saat itulah seorang anggota meletuskan senjata dan mengenai korban.
Direktur Reserse Umum Kepolisian Daerah Papua, Komisaris Besar Polisi Wachyono, mengatakan pihaknya telah menurunkan tim terdiri dari Kabid Propam, Kasat Brimob, dan dari Reskrim Umum Polda Papua untuk menyelidiki kasus tersebut. “Hasilnya akan disampaikan. Kita tunggu saja,” ujarnya.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !