
By: Alex.
- Warga Jakarta yang memiliki hak pilih untuk memilih calon gubernur (cagub) dihimbau agar menggunakan hak pilihnya. Lantaran Golput alias tidak menggunakan hak suaranya telah bertentangan dengan nilai-nilai kebangsaan bahkan memunculkan efek yang buruk atas pemimpin yang akan duduk di kursi DKI 1 kedepan.
Direktur The Jakarta Institute, Rahmat Sholeh mengatakan, Selain bertentangan nilai-nilai kebangsaan yang menjunjung tinggi nilai patriotisme dan negarawan, golput juga membuka peluang terpilihnya politisi busuk masuk dalam lingkaran kekuasaan.
"Golput bukanlah pilihan cerdas. Jadi, masyarakat, mahasiswa dan pemuda mesti menjadi pemilih cerdas," kata Rahmat, Senin sore (21/5).
Menurutnya, sebagian data dan pengalaman sejumlah pilkada, jumlah golput diperkirakan sekitar 40-45 persen di kalangan masyarakat. Begitu juga hasil survei sejumlah lembaga penelitian.
"Bahkan hasil polling Lembaga Survei Indonesia (LSI) menemukan ada sekitar 80 persen suara swing voter. Dari jumlah tersebut, sebanyak 35 persen lebih berpotensi golput," jelas Rahmat.
Sebagaimana dengan amanat dalam UU No. 32/2004 tentang otonomi daerah, dan demi terciptanya pemerintahan daerah yang baik, maka pihaknya mendeklarasikan lembaga yang dinamakan The Jakarta Institute untuk terus mengawal pemilihan serta keberlangsungan perjalanan pemerintah DKI Jakarta demi kehidupan masyarakat Jakarta yang jauh lebih baik.
"Dalam deklarasi yang kita bangun ini kami menghimbau kepada seluruh warga DKI Jakarta untuk sadar dan memilih calon pemimpin yang pro terhadap warga DKI Jakarta demi kedamain dan ketentraman serta kemakmuran warga DKI Jakarta," pungkasnya.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !