 JAKARTA, (TRIBUNEKOMPAS)
JAKARTA, (TRIBUNEKOMPAS)  By: Rangga.
- Euforia menyambut hadir mobil Kiat Esemka ditanggapi pesimis sejumlah pihak. Ada yang menilai niat pemerintah menjadikan Kiat Esemka sebagai mobil nasional (mobnas) sulit tercapai, mengingat agenda pemerintah yang terlalu banyak.
Jika pemerintah masih sulit fokus, dikhawatirkan mobil karya anak bangsa ini berakhir seperti mobnas zaman orde baru.
Anggota komisi VI DPR Pasha Ismaya Sukardi mengatakan, lahirnya industri mobnas layak mendapatkan apresiasi. Menurutnya, pemerintah harus mendorong industri kreatif tersebut menjadi besar. Karena itu, harus ada pemetaan industri mana yang akan menjadi fokus pemerintah.
Dari sekian banyak industri yang ada di Tanah Air, ia yakin tidak mungkin seluruhnya menjadi unggulan. “Pemerintah harus buat roadmap jangka panjang. Perhatikan industri yang ada dan tentukan mana yang akan jadi prioritas. Apakah mobil nasional atau apa, karena tidak mungkin semua bisa menjadi industri nasional,” kritik Pasha ketika dihubungi kemarin.
Ia melihat kondisi Indonesia sangat mendukung bagi perkem-bangan industri agraris dan manufaktur. Selanjutnya, tinggal melihat apa yang bisa diunggulkan dan mampu berdaya saing dalam kompetisi global.
“Konsumen akan membeli barang yang return-nya baik. Pemerintah juga harus aktif menanamkan semangat cinta produk dalam negeri. Dan itu harus didukung melalui produk yang berkualitas,” bebernya.
Menurutnya, tidak semua konsumen berorientasi pada produk murah. Ini terbukti dari menurunnya minat terhadap motor buatan China yang hanya unggul dari segi harga, namun kualitasnya buruk.
Begitu pula dengan harga mobil Esemka yang cuma Rp 95 juta, diharapkan bisa menghasil-kan produk berkualitas.
“Konsep menjadikan Esemka menjadi mobnas itu sangat baik. Tapi harus juga dipikirkan ke depan mengenai tatanan kebijakan fiskal, aturan main harus jelas, siapkan research and development dan distribusinya,” ujarnya.
Nada pesimistis juga keluar dari mulut Ketua Umum Kamar Dagang Industri Indonesia (Kadin) Suryo Bambang Sulisto. Suryo bilang, mobil hasil rakitan siswa SMK 2 Surakarta itu hanya bersifat percobaan untuk menghasilkan produk lokal.
“Ini kan hobinya anak-anak yang bisa membangun dari mesin bekas terus dibenerin,” ujarnya.
Karena itu, Suryo juga meragukan Esemka bisa berproduksi secara massal. Soalnya, mobil tersebut hanya hasil uji coba pelajar SMK yang memakai komponen bekas lalu dirakit kembali menjadi sebuah produk utuh. “Jalannya masih panjang,” ujarnya pesimis.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !