Headlines News :
Home » » SMC: Tak Tegas Sikapi Malaysia, Nasionalisme Elit Negeri Ini Memprihatinkan

SMC: Tak Tegas Sikapi Malaysia, Nasionalisme Elit Negeri Ini Memprihatinkan

Written By Tribunekompas.com on Senin, 30 April 2012 | 10:14:00 PM

JAKARTA, (TRIBUNEKOMPAS)
By: Anto.

- Penyikapan
secara tegas dan bermartabat terhadap berbagai kasus pelecehan bangsa maupun atas penistaan kedaulatan negara yang kerap dilakukan Malaysia, sejauh ini memang cenderung diabaikan elit nasional baik yang berada di puncak pemerintahan maupun bukan.

Hal itu merupakan pertanda semakin merosotnya nilai-nilai nasionalisme di kalangan pemimpin nasional, sehingga memerlukan keprihatinan semua komponen bangsa guna menumbuhkan kembali komitmen dan rasa nasionalisme keindonesiaan.

Demikian dikemukakan Ketua Dewan Direktur Sabang-Merauke Circle (SMC), Syahganda Nainggolan saat berbicara pada diskusi publik bertema, Kapan Gerakan Buruh Nasional Diperingati, yang diadakan Pusat Studi Nusantara di Jakarta, Senin (30/4).

Selain Syahganda, tampil sebagai pembicara pengamat perburuhan Edy Cahyono; penggiat organisasi buruh Mohammad Roja; serta aktivis pembela Tenaga Kerja Indonesia dari Migrant care, Wahyu Susilo.

Menurut Syahganda, kepemimpinan elit nasional yang mengendalikan pusat pemerintahan dan politik kepartaian tidak berperan signifikan dalam mengedepankan semangat nasionalisme, yang seharusnya merespon keras kasus-kasus "penyeborotan" wilayah kedaulatan negara oleh pihak Malaysia. "Termasuk, kasus tiga TKI asal Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat yang diberondong tembakan lima polisi Malaysia hingga tewas mengenaskan, juga membuktikan para elit kita kehilangan jati dirinya sebagai tokoh bangsa," jelasnya.

Karena itu, ia tak merasa heran mengapa Presiden Susilo Bambang Yudoyono, atau Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar Abdurizal Bakrie dan Ketua Umum PDIP Megawati Seokarnoputri serta pemimpin partai politik lainnya tidak bersuara lantang menghadapi Malaysia, terkait tragedi penembakan memilukan para TKI tersebut.

Lalainya elit nasional bersikap atas kematian tiga TKI itu, tambah Syahganda, bukan lagi semata-mata lamban namun justru tergolong kurang peduli pada nasib anak bangsanya sendiri. "Tidak ada pernyataan mengutuk, apalagi mengancam Malaysia untuk membuatnya minta maaf secara terbuka," tegas Syahganda.

Sementara kepantasan untuk bersikap sesuai kelaziman internasional berupa pemutusan hubungan diplomatik kedua negara, dengan didahului menarik pejabat duta besar RI di Malaysia dan mengusir duta besar Malaysia di Jakarta, juga tak pernah
diisyaratkan pemerintah.

Mantan Koordinator Persaudaraan Pekerja Muslim Indonesia (PPMI) '98 ini lantas menguatirkan, ketiadaan rasa nasionalisme elit itu dapat mendorong perilaku Malaysia ataupun negara lain di dunia untuk memperlakukan Indonesia sebagai "anak ingusan" yang mudah dilecehkan sekaligus ditakut-takuti.

"Padahal, kita ini adalah bangsa besar yang memiliki harga diri kuat di mata internasional sejak masa silam, sedangkan Malaysia sama sekali tidak sebanding dengan Indonesia dalam hal menegakkan sejarah kehormatan negaranya, kandidat doktor Ilmu Kesejahteraan Sosial Universitas Indonesia itu.

Syahganda mengaku, Indonesia hanya pantas mengagungkan Soekarno jika berhadapan dengan negara lain, tapi kemudian sulit menaruh bangga pada presiden sesudahnya.

Pada bagian lain, ia tak menampik bila luapan nasionalisme dalam wujud kemarahan pada Malaysia, akan lebih dikedepankan oleh lapisan rakyat bawah melalui cara-cara yang luar biasa, seperti pemboikotan produk atau pendudukan aset-aset Malaysia di tanah air.

Photo: Syahganda Nainggolan.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

.

.

BERITA POPULAR

 
Copyright © 2015. TRIBUNEKOMPAS.COM - All Rights Reserved
Published by Tribunekompas.com