JAKARTA, TRIBUNEKOMPAS.
By: Rangga.
- Limbah makanan di seluruh dunia telah menghasilkan emisi gas rumah kaca di seluruh dunia. Dalam sebuah laporan PBB diungkap bahwa sepertiga dari semua makanan yang dikonsumsi manusia telah menjadi limbah atau telah dibuang. Jumlah ini diperkirakan mencapai 1,3 miliar ton. Membuang makanan berarti membuang air, bahan kimia, dan energi yang diperlukan untuk produksi dan proses pembuangannya.
“Dalam laporan berjudul The Food Wastage Footprint, yang dirilis kemarin, Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) memperkirakan jejak karbon dari makanan yang terbuang itu setara dengan 3,3 miliar ton karbon dioksida,” tulis Daily Mail.
Jumlah itu menjadi jumlah sumbangan emisi terbesar setelah sumbangan emisi yang dihasilkan Cina dan Amerika Serikat.
Di negara industri dan maju, hal ini terjadi karena konsumen sering kali membeli terlalu banyak makanan dan membuangnya jika makanan tersebut tidak mereka makan. Sementara itu, di negara berkembang, banyaknya limbah makanan terjadi karena hasil pertanian yang tidak efisien dan kurangnya fasilitas penyimpanan yang tepat.
Banyaknya emisi yang dihasilkan menunjukkan bahwa konsumsi makanan yang efisien dapat memberikan kontribusi substansial bagi upaya global untuk mengurangi gas rumah kaca. Hal itu tentunya akan membatasi pemanasan global.
Selain itu, menurut FAO, pengurangan pemborosan makanan tidak hanya akan menghindari tekanan pada sumber daya alam yang langka, tapi juga mengurangi peningkatan permintaan produksi pangan yang telah naik sebesar 60 persen pada tiap 2050 penduduk.
Oleh sebab itu, FAO menyarankan agar komunikasi antara produsen dan konsumen lebih ditingkatkan lagi untuk mengelola pasokan makanan yang efisien. Selain itu, fasilitas seperti pengemasan atau pendinginan guna mengawetkan makanan juga harus dikembangkan. Ada baiknya bagi produsen untuk mulai memproduksi porsi kecil, sehingga makanan tidak lagi mubazir.
By: Rangga.
- Limbah makanan di seluruh dunia telah menghasilkan emisi gas rumah kaca di seluruh dunia. Dalam sebuah laporan PBB diungkap bahwa sepertiga dari semua makanan yang dikonsumsi manusia telah menjadi limbah atau telah dibuang. Jumlah ini diperkirakan mencapai 1,3 miliar ton. Membuang makanan berarti membuang air, bahan kimia, dan energi yang diperlukan untuk produksi dan proses pembuangannya.
“Dalam laporan berjudul The Food Wastage Footprint, yang dirilis kemarin, Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) memperkirakan jejak karbon dari makanan yang terbuang itu setara dengan 3,3 miliar ton karbon dioksida,” tulis Daily Mail.
Jumlah itu menjadi jumlah sumbangan emisi terbesar setelah sumbangan emisi yang dihasilkan Cina dan Amerika Serikat.
Di negara industri dan maju, hal ini terjadi karena konsumen sering kali membeli terlalu banyak makanan dan membuangnya jika makanan tersebut tidak mereka makan. Sementara itu, di negara berkembang, banyaknya limbah makanan terjadi karena hasil pertanian yang tidak efisien dan kurangnya fasilitas penyimpanan yang tepat.
Banyaknya emisi yang dihasilkan menunjukkan bahwa konsumsi makanan yang efisien dapat memberikan kontribusi substansial bagi upaya global untuk mengurangi gas rumah kaca. Hal itu tentunya akan membatasi pemanasan global.
Selain itu, menurut FAO, pengurangan pemborosan makanan tidak hanya akan menghindari tekanan pada sumber daya alam yang langka, tapi juga mengurangi peningkatan permintaan produksi pangan yang telah naik sebesar 60 persen pada tiap 2050 penduduk.
Oleh sebab itu, FAO menyarankan agar komunikasi antara produsen dan konsumen lebih ditingkatkan lagi untuk mengelola pasokan makanan yang efisien. Selain itu, fasilitas seperti pengemasan atau pendinginan guna mengawetkan makanan juga harus dikembangkan. Ada baiknya bagi produsen untuk mulai memproduksi porsi kecil, sehingga makanan tidak lagi mubazir.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !